Puan
Ah, perempuan payah. Selalu menyesali dan sudah, selalu mengakui dan sudah, selalu memahami dan sudah. Bahkan kau terus saja jalan di tempat, lari di tempat, duduk di tempat, bermartrubasi di tempat. Sekarang kau mau apa? Menggoreskan silet lagi di tanganmu? Selalu seperti itu, penghukuman menurut dirimu sendiri, egois. Ku lihat kau terus menekan dadamu dengan boneka itu,semakin kencang. Kuat adalah menahan air mata, itu katamu. Kemudian tanpa kau tahu, aku memergoki kau sedang tumpah bersama air2 yang kau sengaja basuhkan di wajahmu yang tak lagi lugu. Selamat siang perempuan Rp. 0,.