Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

Anak perempuan

Dia hanyalah anak perempuan yang kehilangan sosok seorang lelaki diantara lelaki-lelaki di rumahnya. Anak perempuan yang berlari kesana kemari mencari kasih seseorang lelaki, sesampainya ia selalu mempercayai kata2 setiap lelakinya dan ia habis dimiliki lelakinya yang dulu, sesudahnya, seterusnya dan saat ini. Hampir seperti pelacur yang mencari seseorang lelaki yang sudi menyayanginya. Kemudian ia berjalan di perbatasan benar dan salah atas batas gerak perempuan. Memeluk angin, membekukan kewanitaannya yang pernah ada. Mendongak, sepasang matanya menghujat Tuhan. Ya, dia masih suka percaya Tuhan. Tentu saja, diperbatasannya ia melulu bernegosiasi dengan Tuhannya untuk mendapatkan segala pemakluman untuk hal-hal yang disebut dosa.

Ke-puas-an

   Vier berderap ke pintu utama yang terus digedor-gedor. Entah apa yang dipikirkan orang itu sehingga tak memakai bel pintu, bel pintu pun tak setinggi ukuran tinggi badan orang asing. Ah, ini membuat Vier ingin berteriak dan memaki orang dibalik pintu itu, karena dia, Vier terpaksa keluar dari ruang angkasanya. "Selamat pagi nona!!" Vier tercengang. "Hei! Kau gila ya?!" jam pulang kerja bukanlah waktu yang tepat. "Kau begitu seksi dengan rambutmu yang berantakan ini" Lelaki itu menabrak tubuh Vier dan mendaratkannya di sofa tamu. Vier tak jadi teriak karena ciuman lelaki itu jauh lebih cepat menyergap mulutnya. "Stop!!" Susah payah Vier melepaskan dekapan lelaki itu. "Ayolah, jangan siksa aku nona.." wajah lelaki itu seperti bayi haus asi ibunya. "Kau gila ya?! Nekat datang ke rumahku." "Aku rindu goyanganmu nona, hampir sebulan kau tak datang" "Bukankah kita sudah perjanjian, hanya saling menghubungi ...