Ke-puas-an
Vier berderap ke pintu utama yang terus digedor-gedor. Entah apa yang dipikirkan orang itu sehingga tak memakai bel pintu, bel pintu pun tak setinggi ukuran tinggi badan orang asing. Ah, ini membuat Vier ingin berteriak dan memaki orang dibalik pintu itu, karena dia, Vier terpaksa keluar dari ruang angkasanya.
"Selamat pagi nona!!" Vier tercengang.
"Hei! Kau gila ya?!" jam pulang kerja bukanlah waktu yang tepat.
"Kau begitu seksi dengan rambutmu yang berantakan ini" Lelaki itu menabrak tubuh Vier dan mendaratkannya di sofa tamu. Vier tak jadi teriak karena ciuman lelaki itu jauh lebih cepat menyergap mulutnya.
"Stop!!" Susah payah Vier melepaskan dekapan lelaki itu.
"Ayolah, jangan siksa aku nona.." wajah lelaki itu seperti bayi haus asi ibunya.
"Kau gila ya?! Nekat datang ke rumahku."
"Aku rindu goyanganmu nona, hampir sebulan kau tak datang"
"Bukankah kita sudah perjanjian, hanya saling menghubungi ketika butuh, sekarang pulanglah"
"Saat ini aku butuh lubangmu nona, ayolah.." Lelaki itu semakin liar dan menindih Vier. Tangannya mengunci kedua tangan Vier, mulutnya menuntas habis tubuh Vier dari leher hingga rongga reproduksinya. Vier tak berdaya lagi dengan permainan kasar ini, gaya baru yang baru ia rasakan. Berkali-kali ia berorgasme dan akhirnya mereka berdua meledak bersama.
"Ooooohhh.. Thank you nonaku.." Vier tak bersuara, ia lemas dan lelaki itu pergi meninggalkannya telanjang bulat.
"Ah Bajingan!!! Brengsek!!! Lelaki Bangsat!!!!" Umpatnya ketika pintu utama tertutup. Vier mengamuk, memporak-porandakan barang apa saja yang didekatnya.
"PYARR!!" akhirnya vas bunga pecah untuk sekian kali. Ia tersedu, berjalan lunglai menuju kamar mandi. Masih dengan telanjang bulat ia menaiki tangga. Seperti gadis usai diperkosa bergilir. Shower air dingin semakin membuat kepalanya membeku.
"Bodoh! Aku masih menikmatinya! Tuhaaaaan!!!" Vier menggigil, meringkuk di sudut dinding.
"Aku pulaang.." Foze terbelalak ketika melihat pakaian Vier tercecer di sofa dan meja tamu, pakaian dalam Vier semakin membuat Foze bertanya-tanya. Secepatnya ia naik ke lantai 2, mencari-cari keberadaan Vier.
"Vier!!" tak ada di kamar.
"Viii..eer...???" kamar mandi lengah Vier kunci.
"Kau kenapa?" Vier masih duduk meringkuk di sudut dinding dengan menggigil hebat. Foze perlahan menghampiri Vier yang sedari tadi hanya menatapnya dengan mata nanar. Membelai rambut Vier perlahan, kemudian Vier menyergap bibirnya dengan buas. Menghabisi lelakinya dikucuran air dingin semakin deras, seakan mengikuti irama birahi keduanya. Vier tak sedikit pun memberi celah Foze untuk bertanya, ia menghapuskan cumbuan lelaki itu dengan cumbuannya kepada Foze. Vier hampir memuncak dan terhenti ketika ia hendak menyatukan tubuhnya pada Foze. Tak bereaksi sedikit pun. Vier kecewa.
"Kenapa?!?! Kenapa tak bereaksi sedikit pun?apakah aku kurang seksi? Atau permainanku kurang panas?!! Ha?! Kenapa?! Jawab suamikuuuu!! Aku lelah seperti ini terus..." Vier menangis menjadi-jadi, tubuhnya tersungkur jatuh. Matanya pas menatap barang suaminya yang tak pernah memuaskannya sejak seusai menikah, tak seperti ketika sebelum menikah. Foze selalu membuatnya merengek meminta lagi.
"Aku....akuu.. Aa kuu, aku minta maaf. Ya, aku hanya bisa menjawab itu dari semua pertanyaanmu istriku" tenggorokan Foze terasa begitu tercekir, dibendung air matanya hingga dadanya sesak. Foze masih berdiri dan tertunduk.
"Maafkan aku, maafkan aku Foze. Maafkan istrimu" Vier memeluk kedua kaki lelakinya, terkutuklah ia telah memaki lelakinya. Terkutuklah ia telah menikmati penis lelaki lain.
Komentar