Bapak yang Abu-abu
Bapak terlihat lebih muda, raut wajahnya seperti saat aku masih duduk di bangku SMP. Kali ini ia memakai baju polo pink yang dimasukkan rapi dalam celana jeansnya. Tatanan rambut yang rapi membuat Bapak terlihat segar. Ia sedang sibuk menata karung rosok di atas sepedanya. Rumah itu masih berlantaikan tanah, pot-pot bunga bergelantungan. Jendela-jendela panjang yang setiap lebaran aku lap masih menempel erat di tembok keramik berwarna hijau. Ada taman bunga matahari di depannya. Semua ditata Ibu dengan rapi, biasanya Bapak bagian menyiraminya. Aku melangkah ragu mendekati rumah. Saat itu aku mengenakan dress putih selutut dengan memakai sepatu high heels. Rambut panjangku kuurai, angin segar pedesaan meniup-niup rambutku. Aku sempat menghentikan langkahku, berpikir untuk memutar arah. "Nduk! " Bapak melihatku. Mataku berkaca-kaca melihat senyumannya. Tubuhku mematung, ia berjalan menghampiriku. "Sudah pulang nduk? ayo makan! Ib...