Diri yang kudekap

    Perlahan ia teguk kopinya, kali ini ia memilih kopi arabika padang.
"Selamat malam perempuan... Kau tampak   sendiri?" sapaku padanya yang acuh. Ah, sepertinya ia tak mau ku ganggu. Baiklah aku putuskan untuk tak duduk semeja dengannya, aku akan menjadi orang ketiga serba tahu malam ini.
Rambutnya sudah tak tertata lagi, wajahnya datar sembari menatap bayangannya dalam segelas kopi. Kemudian dia tersenyum, pasti perempuan sedang berimaji jika kopinya berpusar membentuk wajah konyol. Cukup seperti itu dia bisa menghadirkan teman, itu membuatku iri terkadang. Semakin dalam ia menghisap sebatang rokok seraya diciumnya dalam-dalam aroma kopi. Wajahnya mulai tenang, mulai merelakan segala yang sedang tak bisa didapatkannya. Aku lega melihatnya.
   Sore tadi aku melihatnya sedang duduk diantara orang-orang baru dan pastinya juga di lingkungan baru. Dia memutuskan untuk memperbaharuhi hidupnya, mudah sekali bagi perempuan itu beradaptasi. Nama baru ia perkenalkan dengan teman-teman baru. Dia sadar, dia tidak akan mampu mengganti dirinya menjadi baru namun ia hanya berusaha memperbaharui kehidupannya. Ide bagus perempuan!!! Kau mampu mendekap dirimu sendiri. Aku iri padamu.
   Kulihat waktu menunjukkan sudah hampir pagi.
"Pulanglah, relakan tubuhmu untuk terlelap..jangan lupa tepuk tangan untukmu sebelum kau merelakan tidur. Selamat malam, aku pulang dulu " ucapku, dia tersenyum dan kemudian kuteguk kopi arabika padang ini lagi untuk kemenangan esuk nanti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara ke Kampung Inggris dari Semarang

Gunungpati Semarang punya Wadas Prongkol

Bapak yang Abu-abu