Nona Rosa pulang
Ibu tentu sangat bahagia ketika anak perempuannya lahir di dunia. Doa-doanya sebagai seorang perempuan sungguh berbeda dengan doa untuk anak lelakinya. Bayi perempuan itu tidak pernah meminta untuk dilahirkan sebagai anak perempuan satu-satunya, yang jelas dia tidak pernah menginginkan bahwa ia tumbuh menjadi perempuan yang harus berhubungan dengan lelaki agar disebut normal. Siang itu, Ros berjalan ragu menghampiriku. Ya, namanya Rosa.
" selesai berobat?" tanyaku.
" dokter memintaku untuk menemui Tuhan"
" sedang kau keras kepala untuk meminta obat?"
"Ya, aku hanya butuh obat"
"Dan bertemu Tuhan" Aku sangat membenci Rosa, dia selalu menunda untuk menemui Tuhan. Sudah cukup banyak lelaki yang ia temui untuk menunda keinginannya untuk berbincang dengan Tuhan. Keinginan yang ia rasa adalah sebuah kekalahan atas pilihannya untuk menjadikan hamba yang tidak pantas meminta setelah penghianatan Ros atas tobatnya 4 tahun lalu. Tahun dimana keperempuannya terkoyak oleh jari kekasihnya. Tobatnya berlalu ketika pertemuannya dengan lelaki yang dikira akan menjaga keperempuannya. Ya, dijaga untuk dinikmatinya setiap berkekasih.
"Ros, aku harus menangis" kataku dengan mata nanar.
" kau mau alkohol? Atau aku harus mencubitmu?" jawab Ros tenang, sedang asap rokoknya tak setenang itu.
" Mencubit katamu? Kau pasti sengaja mengingatkanku pada lelaki itu"
"Sampai kapan kau jadi pengemis? Sudah kubilang, ketika kau memutuskan untuk berkekasih, tinggalkan rasamu,kunci rapat, tak masalah pahamu kau buka lebar, yang penting rasamu jangan menjadikanmu budak, budak untuk diakui sebagai budak miliknya. Kau mau dihargai berapa?"
" aku hanya ingin dihargai sebagai perempuan yang dipilihnya"
"Kau kalah!!!" Teriak Ros lantang, menggema di sudut-sudut kamar, membuat aku sadar bahwa aku sedang kalah. Jika shinta obong menjaga kesetiaannya dengan cara tak memberikan keperempuannya kepada Rahwana, maka aku adalah shinta yang menjaga kesetiannya dengan cara menjaga hati kebersamaan dibuka lebar-lebar tubuhnya kepada lelaki, tidak dengan vaginanya Tuan. Kesamaan Shinta denganku adalah ditinggalkan ketika benar-benar masih bertahan.
"Ya, aku kalah Ros,"
"Kau ingin meminta waktumu yang pernah kepada lelaki pengecutmu itu?"
"Ya, aku ingin memintanya, dan membunuh waktunya"
"Ah, kau pasti kalah jika menemui matamu. Ayo, aku mau beli obat"
"Kau harus bertemu Tuhan Ros!!!"
"Kau lebih berlipat-lipat kalah ketika kau tak berani bertemu Tuhan!"
"Apa yang harus kukatakan ketika sudah bertemu Tuhan?pengakuan dosa? Permintaan untuk menjadikan hambanya ini menjadi perempuan terhormat? Minta maaf sambil menangis agar diampuni?! Tuhan sudah bosan Nona!"
"Kau mau lari ke pelukan-pelukan lelakimu lagi? Sudah menemukan pelukan mana yang bisa dipercaya nyaman?"
" aku sudah tidak peduli bahwa perempuan harus berhubungan dengan lelaki" Rosa melumat bibirku dan kita jatuh pada kenikmatan jari masing-masing. Tidak perlu dengan penis "lagi".
Dan ibu tidak pernah berdoa anak perempuannya seperti ini.
Komentar