Kepergian Rosa
Rosa kembali memenuhi tubuh, dia masih terus mencari lelaki. Kukira telah usai. Malam akan terasa panjang jika tidak ada lelaki di ranjangnya. Setiap sore aku berdebat dengannya, lelap sendirian atau dengan dekapan lelaki. Aku menangis jika terbaring sendirian. Kapsul yang kutelan tidak ampuh lagi. Sebagai gantinya satu dua lelaki telah mengangkangi setiap hari. Beberapa tinggal sampai pagi dan beberapa pergi setelah klimaks. Aku tidak lagi mengerti romantisme bercinta seperti apa, hanya disetubuhi dan sudah. Semua semakin parah hingga vagina mulai menolak, Rosa mau membantuku istirahat bersenggama. Dia masih takut dengan penyakit kutukan. Aku semakin haus kasih sayang, Ros puas melihatku seperti ini. “Kau mau apalagi Ros?” “Tanyakan pada setiap goresan silet di tanganmu” “Apakah benar-benar kau ingin aku memutus urat nadi?” “Berikanlah tubuhmu seutuhnya padaku, maka kau tidak akan lagi kesepian" “Jiwaku seutuhnya kau dapatkan” “Sampai kapan kau mogok makan?” “Aku ...