Bapaknya Ibu Kota dan Tata Bahasanya

      Mungkin yang perlu dibenahi tata bahasa dan pemilihan diksi yang sesuai dengan target pendengar. Intonasi yang disamaratakan oleh pembicara ke pendengar dengan latar suasana yang tidak dipertimbangkan, menimbulkan kesan negatif. Tegas bukan berarti dengan nada tinggi. Seseorang yang telah memilih dirinya sendiri untuk menjadi sorotan media, seharusnya tahu bagaimana memposisikan bahasanya karena bahasa adalah suatu identitas diri.
Pendengar tidak sepenuhnya bisa disalahkan jika mereka mengalami penerimaan makna yang menjurus ke arah negatif karena masing-masing pendengar memiliki sudut pandang berbeda. Pembicara adalah seseorang yang berada di panggung(dilihat), memaparkan argumen,keputusan, kemudian mengklarifikasi jika terdapat kesalahpahaman. Sebuah tata bahasa sangat penting, walaupun pembicara berada di garis benar namun jika ia tidak mampu berbicara dengan baik maka "percuma" . Pembelaan untuk menjadikan cara bicara (nya) menjadi sebuah ciri khas "Bapaknya" Ibu Kota atau karena pemakluman latar belakang kelahiran, bukanlah hal yang mampu untuk mengacuhkan sebuah "tata bahasa" .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara ke Kampung Inggris dari Semarang

Gunungpati Semarang punya Wadas Prongkol

Bapak yang Abu-abu